Di ASEAN Mercy Indonesia Berada di Urutan Paling Bawah – Penjualan Mercy Indonesia termasuk masih yang terendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Penjualan Mercy yang paling banyak berada di Thailand, menyusul di bawahnya Malaysia dan Singapura.
Hal ini menjadi keperihatinan tersendiri bagi Deputy Director Sales Operation MBC & Network Development Mercedes Benz Indonesia, Kariyanto. Indonesia yang memiliki jumlah konglomerat cukup banyak ternyata tak mampu membuat penjualan Mercy melaju lebih cepat.
“Di ASEAN, kami masih berada di bawah. Dengan volume yang kami miliki, kami tertinggal jauh dari Malaysia. Bahkan dengan Singapura juga kalah, sedangkan Thailand masih menjadi yang tertinggi. Padahal jumlah konglomerat di Indonesia tidak kalah,” kata Kariyanto sebagaimana dilansir oleh KompasOto, Senin (28/11/2016).
Dari keterangan Kariyanto, Mercedes Benz Indonesia sampai sekarang masih mengejar volume penjualan di angka 4.000-an unit, padahal Singapura yang merupakan negara paling sedikit penduduknya saja bisa mencapai 5000 unit pertahunnya.
“Penjualan Thailand saat ini sudah mencapai 12.000-an per tahun, Malaysia sebanyak 11.000-an, serta Singapura yang sudah mencapai 5.000-an unit. Sementara Indonesia baru mengejar di angka 4.000 unit,” tambah Kariyanto.
Menurut Kariyanto, jika melihat Thailand dan Malaysia, kebijakan di Indonesia masih belum bersahabat. Di Thailand dan Malaysia sudah memberikan aturan pajak berdasarkan emisi. Mobil hibrida yang beremisi rendah akan mendapat insentif besar sehingga harganya bisa menjadi lebih kompetitif.
“Selain itu kami juga melihat dari sudut pandang kultur dan tren. Di mana Mercy di negara-negara tersebut sudah menjadi moda transportasi sehari-hari, sementara di Indonesia belum, atau masih menjadi mobil yang keluar saat momen tertentu seperti untuk ‘kondangan’.” Imbuhnya.
Kariyanto juga menyebutkan bahwa dominasi Jepang atas Indonesia memiliki deretan mobil yang paling lengkap, mulai dari mobil kelas paling bawah sampai paling atas.
“Oleh sebab itu, kami terus berupaya keras di Indonesia, salah satunya dengan memperluas segmen. Kalau kami terus mengandalkan model klasik (Seri C, E dan S) kami akan berat mengejar volume, sementara kompetisinya semakin ketat,” tutup Kariyanto. Bagaimana dengan Anda?